Meneruskan Jejak

Di blog sebelumnya, tanggal ini merupakan tonggak ketika saya akhirnya memutuskan bahwa tulisan-tulisan yang saya tulis selama aktif di lingkar pergaulan narablog (2007-2011) terlalu nihil manfaat, terlalu serampangan, dan bahkan terlalu memalukan.

Sebelum akhirnya entri itu saya terbitkan, saya sibuk berkutat antara dua pilihan: mau mulai dengan blog baru yang kelihatan lebih “bersih”, ibarat membuat identitas baru; atau mau melanjutkan saja sambil pasang peringatan besar-besar? Berhubung niatan saya aslinya ingin menihilkan jejak lama, sebetulnya jelas harusnya tegas saja ambil pilihan pertama, tapi masalahnya ini satu: saya bukan orang yang punya reputasi bagus terkait move on. Misal, saya belum ganti dompet yang sudah bocel dan berumur 5 tahun lebih lantaran kenang-kenangan, juga saya belumbisa berpindah hati dari mantan kekasih (saat entri itu diterbitkan belum jadi mantan) yang sudah pisah jalan paling tidak 2 tahun. Kata kawan memang saya orangnya terlalu sentimentil, jadi meninggalkan blog yang sudah diasuh dari tahun 2007 itu ada perasaan berat hatinya juga.

Tapi ya setelah kompromi sana-sini, utamanya karena di zaman orang semakin melek internet begini siapa dan apa yang berada di kulit paling luar dulu itu paling kelihatan, akhirnya saya putuskan untuk pindah juga. Yang tersisa dari pendahulunya cuma tulisan-tulisan yang agak lebih anyar (serta komentar yang menyertai) yang tidak bikin–paling tidak–saya mengernyitkan dahi ketika baca. Mudah-mudahan seterusnya juga begitu.

3 pemikiran pada “Meneruskan Jejak

  1. Hahaha, disclaimer macam ini memang perlu, ya? Saya pasang di blog lama (blog baru masih terlalu baru, belum ada yang obsolete), soalnya kadang malas menanggapi provokasi berdebat tentang wacana yang kita sendiri sudah gak peduli.

Tidak sepakat? Sila didebat.