Al-Qaeda, Osama bin Laden, dan Riwayat Singkatnya

“Kover majalah TIME bulan Mei 2011”

Hari Senin, awal Mei kemarin, Osama bin Laden diumumkan tewas. Seperti tokoh-tokoh lain yang punya nama besar, kematian bin Laden juga memunculkan dua kutub reaksi: antara yang percaya dan yang tidak. Di ranah Twitter, akun-akun seperti @benny_israel (yang gemar berkonspirasi) langsung menyusun bantahan-bantahan kematian bin Laden; dan saya kira cukup beralasan kalau muncul sejumlah kecurigaan atas kematian bin Laden (walau saya tidak sepakat dengan argumen-argumennya).

Kontroversi dan berbagai praduga seputar kematian bin Laden bukan yang ingin saya bahas kali ini; sebaliknya, saya kira justru lebih relevan kalau memperjelas dan mengenal siapakah sebetulnya si Osama bin Laden ini.

Sebelum pengumuman tentang kematiannya, sering ada orang-orang yang menampik sosok bin Laden sebagai “buatan Amerika Serikat”; tapi dalam riwayat perjalanannya, bin Laden berinteraksi dengan berbagai orang, dari kerabat sampai wartawan. ‘Kan tidak mungkin orang-orang itu berhalusinasi sedang berinteraksi dengan bayangan imajiner bin Laden?

Jadi, mengikuti slogan khas lembaga dakwah, “tak kenal maka ta’aruf”, mari telusuri dulu perjalanan hidup si America’s Public Enemy #1 ini.

.

Osama bin Laden: Dari Mana Dia Berasal

Ayah Osama bin Laden, Muhammad bin Laden, adalah usahawan kaya dari bin Laden Group di Arab Saudi. Mulai berusaha pada tahun 1930, sejak usahanya dikenal oleh kalangan keluarga kerajaan Saud, bin Laden Group menjadi salah satu grup usaha sangat kaya dan sangat dekat dengan keluarga kerajaan Saudi.

Proyek bin Laden Group yang terkenal adalah proyek konstruksi di Arab Saudi pada tahun 1960-an–termasuk konstruksi pembangunan masjid. Kalau akrab dengan nama Masjidil Aqsha yang ada di Yerusalem–yang beberapa waktu lalu sempat diributkan karena kasus Israel–proyek rekonstruksi Masjidil Aqsha ini juga merupakan tanggung jawab bin Laden Group sampai tahun 1967, atas perintah Raja Saud.

Nah, Osama bin Laden adalah anak kesekian (kabarnya anak ke-17) dari Muhammad bin Laden. Sebagai anak dari usahawan kaya, Osama juga ditargetkan untuk meneruskan usaha ayahnya ini dengan menempuh pendidikan ekonomi. Setelah beranjak dewasa, Osama kuliah di King Abdul Aziz University, jurusan Ekonomi dan Manajemen. Ada beberapa sumber lain yang mengatakan kalau Osama kuliah di jurusan Teknik, tapi yang paling kuat nampaknya yang di jurusan Ekonomi (terutama karena ini didapatkan dari wawancara langsung dengan kerabat Osama).

Meskipun besar di lingkungan Wahhabi (ayah Osama adalah Wahhabist tulen, istrinya juga banyak 😛 ) dan memang dididik di lingkungan sedemikian, tapi bukan itu penyebab sikap radikal Osama. Wahhabisme yang sering disebut sebagai penyebab radikalisme Osama, justru tidak begitu signifikan ketimbang apa yang ia dapat ketika kuliah di King Abdulaziz University.

Di King Abdulaziz University, Osama mengenal Muhammad Qutb, saudara dari Sayyid Qutb–seorang pemikir Islam radikal. Dari Muhammad Qutb, bin Laden mengenal pemikiran-pemikiran Sayyid Qutb melalui ceramah-ceramahnya. Bin Laden biasa ditemani Jamal Khalifa, teman kuliahnya di King Abdulaziz University. Menurut Jamal Khalifa, mereka–bersama pemuda lain–rutin mendatangi ceramah Muhammad Qutb tiap minggunya. Pemikiran Qutb yang mereka terima ini begitu populer, hingga disebut Khalifa sebagai “yang paling berpengaruh bagi generasi kami.”

Salah satu ide dari ceramah Qutb yang paling signifikan adalah ide tentang perlunya sebuah Islamic vanguard (tali’a). Tali’a ini merupakan suatu wadah, wujud dari aspirasi Muslim untuk melawan kondisi dunia yang ada dalam keadaan jahiliyah (dalam artian, jahiliyah seperti pada masa Muhammad dulu). Melalui tali’a, kekerasan diperbolehkan. Konsep tali’a ini bukan ide orisinil Qutb, karena akarnya sudah ada pada pemikir Islam yang jauh lebih kuno, Ibn Taimiyyah. Ide konkretnya sendiri kadang dikaitkan dengan ide political vanguard a l a Karl Marx, yang berkembangnya memang sezaman dengan zaman Sayyid Qutb (awal abad ke-20).

bin Laden - Marx“Yaa… Memang sama-sama jenggotan sih…”

Nah, tapi ini baru awal.

Titik nadir radikalisasi bin Laden ada pada ketika Perang Afghanistan tahun 1980-an. Memang perang ini sering dirujuk sebagai masa penting dalam radikalisasi teroris–termasuk di Indonesia, yang membekali calon-calon terorisnya dengan kemampuan merakit bom–tapi bagi bin Laden, perang ini lebih dari sekedar belajar membuat bom atau mengalami “perjuangan umat Islam” dengan mata kepala sendiri.

Di Perang Afghanistan, bin Laden berkembang bersama dua sosok penting; yang mengajarkannya–dan melatihnya–praktek tentang jihad: Abdullah Azzam dan Ayman al-Zawahiri. Nama yang kedua yang belakangan ini sering disebut sebagai pengganti bin Laden dan “tangan kanan”nya.

Osama bin Laden turun ke medan perang sebagai kelompok mujahidin bersama Abdullah Azzam. Azzam sendiri sempat dikenal bin Laden ketika kuliah di King Abdulaziz University, sebagai salah satu pengajar. Selama di medan tempur, Azzam menjadi sosok mentor bagi bin Laden. Azzam tak hanya mengajarkan kemampuan dan teknik tempur (dan hal-hal operasional lain seperti bom dan persenjataan), tapi juga menyumbang landasan pemikiran bagi bin Laden.

Menurut Azzam, jihad harus dilakukan ketika nasib umat Islam dipertaruhkan oleh adanya serangan dari non-Muslim–dalam bahasa Azzam, dari bangsa kafir. Dalam konteks Perang Afghanistan, umat Islam dianggap sedang berada dalam serangan kafir. Ide ini diterima dengan baik oleh bin Laden, tapi, setelah usainya Perang Afghanitan, bin Laden bersimpang jalan dengan Azzam.

Satu ciri penting yang membedakan Azzam dengan bin Laden adalah posisi Azzam yang memandang jihad sebagai suatu sikap yang defensif. Meski sama-sama terinspirasi oleh pemikiran Sayyid Qutb–Azzam sendiri membangun beberapa gerakan militan Islam–namun Azzam mensyaratkan adanya posisi bertahan. Azzam menolak dialog dengan para “kafir” (dalam bahasanya); Azzam hanya mengenal jihad. Namun posisinya jelas: jangan menyerang bila tidak diserang duluan. Posisi Azzam ini diistilahkan sebagai defensive jihad.

Jadi pada tahun 1988, bin Laden berpisah jalan dengan Abdullah Azzam. Ia dirangkul oleh Ayman al-Zawahiri, yang ia kenal ketika Perang Afghanistan dulu. Di bawah bimbingan al-Zawahiri inilah, bin Laden menjadi benar-benar radikal. Dalam bahasa Muntasir al-Zayyat, pengacara yang pernah dipenjara bersama al-Zawahiri, “Osama berubah dari seorang mujahid menjadi seorang teroris.”

“Ayman al-Zawahiri:
‘Harry Potter’ yang ‘menyihir’ bin Laden”

.

Osama bin Laden, Ayman al-Zawahiri, dan Al-Qaeda

Pada 1987, Soviet mulai menarik mundur pasukannya dari Afghanistan. Tanda-tanda berakhirnya perang mulai terlihat. Satu hal positif di satu sisi, tapi di sisi lain–di sisi bin Laden–ini satu hal yang buruk. Bila kaum kuffar sudah pergi, lalu mau dibawa ke mana jihad mereka? Apakah ini berarti perjuangan Muslim melawan Barat yang–dipersepsikan sebagai–kafir sudah usai?

Di masa-masa ini, bin Laden berbeda pendapat dengan Azzam. Karena posisi Azzam yang defensif, bin Laden merapat ke Ayman al-Zawahiri yang lebih ofensif.

Al-Zawahiri adalah seorang Mesir yang, secara umur, lebih junior ketimbang Abdullah Azzam–ia 10 tahun lebih muda. Tapi, sama halnya dengan bin Laden dan Azzam, al-Zawahiri pun seorang pengagum Sayyid Qutb. Lebih-lebih, al-Zawahiri mengenal ajaran ulama Qutb yang terkemuka ini juga dari Muhammad Qutb, seperti bin Laden. Al-Zawahiri dikenalkan ke Muhammad Qutb oleh pamannya, seorang murid setia dari Sayyid Qutb.

Al-Zawahiri tercatat sebagai orang yang paling berpengaruh bagi Osama bin Laden, bahkan hingga sekarang pun ia masih orang yang menonjol. Di setiap waktu Osama bin Laden tampil di depan umum, misalnya saat diwawancara, atau proses rekaman propaganda, al-Zawahiri selalu tampil mendampingibin Laden. Kesan yang ditimbulkan dari al-Zawahiri terhadap bin Laden di umum selalu seperti “tangan kanan” atau wakil bin Laden.

Padahal, sebaliknya, justru al-Zawahiri yang sebenarnya bisa dibilang sebagai mastermind–yang mempengaruhi bin Laden, sebelum dan sesudah Al-Qaeda terbentuk.

Al-Qaeda dibentuk pada akhir tahun 1980-an–menjelang 1990-an–selepas Perang Afghanistan, ketika bin Laden berniat melanjutkan perjuangan jihad yang ia lakukan ketika di Afghanistan. Ide dibentuknya al-Qaeda sendiri datang dari al-Zawahiri, meskipun untuk selanjutnya disusun oleh bin Laden.

Peran besar al-Zawahiri misalnya terlihat di masa-masa awal aktivitas Al-Qaeda. Ali al-Rashidi, salah satu komandan militer di masa awal, adalah orang yang dekat dengan al-Zawahiri. Ia dipilih sebagai komandan militer oleh bin Laden atas nasehat al-Zawahiri. Demikian pula, ajakan Hasan al-Turabi, militan asal Sudan, untuk bergabung bersama al-Qaeda, juga merupakan salah satu bentuk perencanaan strategis oleh al-Zawahiri–meskipun kesepakatannya diputuskan oleh bin Laden.

Al-Zawahiri berkembang sebagai orang di belakang layar yang menjadi sosok penting bagi bin Laden. Karena sosoknya yang tak sekharismatik dan tak begitu ideal sebagai propagandis, al-Zawahiri tetap berada di belakang. Sementara bin Laden yang tampil di depan, menjadi figur pemimpin ideal.

Dalam hal pemikiran, al-Zawahiri menginspirasi konsep jihad ofensif yang lebih ganas ketimbang Abdullah Azzam. Radikalisme al-Zawahiri timbul dari kekecewaannya terhadap keberadaan Israel di Timur Tengah, sejak berdirinya di tahun 1948. Menurutnya, Israel (yang dipersepsikan sebagai “komunitas Yahudi”) adalah duri dalam daging bagi Timur Tengah (yang dipersepsikan sebagai “komunitas Islam”).

Keberadaan Israel, menurut al-Zawahiri, adalah keberadaan komunitas kafir di tengah-tengah komunitas Muslim. Memang, di antara negara-negara Timur Tengah sendiri juga banyak terdapat umat beragama lain, seperti Kristen Ortodoks Timur, atau bahkan Yudais sendiri. Tapi bagi al-Zawahiri, mereka tidak seberapa. Israel ini “spesial”, karena sudah memiliki satu negara sendiri. Keberadaan Israel di wilayah negara-negara Muslim ini dilihat al-Zawahiri sebagai kegagalan pemerintah negara-negara Muslim–baginya, ini berarti membiarkan keberadaan pemerintahan kafir. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab bagi setiap Muslim untuk menyingkirkan pemerintahan kafir ini dengan berjihad. Jihad di sini, tentu maksudnya adalah berjihad secara fisik–dengan senjata, seperti yang sejauh ini sudah dilakukan al-Qaeda.

Dalam salah satu ceramahnya–yang tidak sepopuler bin Laden–al-Zawahiri juga menyebutkan kalau ada perempuan dan anak-anak yang terbunuh dalam proses jihad (pengeboman, tembakan senjata, dsb), maka itu dianggap sebagai korban yang wajar. Di ceramah bin Laden kemudian hari, bin Laden menggunakan alasan pengeboman terhadap anak-anak dan perempuan di Palestina sebagai justifikasi pengeboman-pengeboman oleh al-Qaeda.

.

Al-Qaeda: Menara yang Menjulang

“Semakin ke atas, semakin buram…”

Al-Qaeda telah mengkonfirmasi kematian Osama bin Laden. Terlepas dari benar-tidaknya konfirmasi itu, serta masih beredarnya kontroversi mengenai kematian America’s Public Enemy #1 ini, jaringan al-Qaeda masih terlihat sebagai struktur yang rumit–bak jaring laba-laba yang tembus pandang. Dalam bahasa Lawrene Wright: menara yang menjulang tinggi, yang dasarnya kelihatan, namun semakin ke atas semakin buram.

Tapi paling tidak ada sebagian kejelasan mengenai perihal hubungan Amerika Serikat dengan al-Qaeda, yang barangkali paling sering disorot orang.

Seringkali ada kekeliruan memahami Al-Qaeda sebagai bentukan Amerika Serikat (atau “bentukan Barat”). Memang betul, kalau disebut itu awalnya Al-Qaeda adalah “bentukan Amerika Serikat”, karena berasal dari kelompok mujahidin yang melawan Soviet. Awalnya, kelompok ini digunakan dan diradikalisasi sebagai pasukan berani-mati demi menyingkirkan Soviet dari Afghanistan. Tapi, selepas Perang Afghan, al-Qaeda menjadi organisasi independen yang biayanya sebagian besar datang dari kekayaan bin Laden–lepas dari keterlibatan Amerika Serikat.

Menurut wawancara Osama bin Laden, nama al-Qaeda diambil dari pangkalan militer tempat pelatihan mereka dulu, “qaeda”, yang diterjemahkan sebagai”the base” (pangkalan). Bin Laden menganggap al-Qaeda ini sebagai kelanjutan langsung dari perjuangannya di Afghanistan dulu.

Kekeliruan umum dalam memahami Al-Qaeda sebagai “bentukan AS” saya kira terletak di sini–karena dianggap masih sebagai keterlibatan AS, padahal sudah bukan. Saya ingat sempat baca di salah satu forum ada yang berargumen demikian, dengan mengutip Hillary Clinton. Clinton menyebutkan kalau Al-Qaeda adalah “kesalahan kita [Amerika Serikat]”. Maksudnya bukan AS yang terlibat langsung dengan al-Qaeda, atau al-Qaeda adalah boneka bayang-bayang AS. Yang sebetulnya dimaksud itu adalah Al-Qaeda sebagai, bisa dibilang, “senjata makan tuan”.

Dengan demikian, saya kira agak mustahil kalau Osama bin Laden–dan al-Qaeda–dicap sebagai “rekaan Amerika Serikat”.

Melihat sejarahnya, bin Laden sudah bertukar pandang dengan Abdullah Azzam, al-Zawahiri; lalu al-Qaeda juga berinteraksi dengan kelompok teror kelas tinggi lain, seperti yang dipimpin oleh Al-Zarqawi (Irak), Abu Sayyaf (Filipina), atau Jafar Umar Thalib (Indonesia). Ibunya pun khawatir akan nasib bin Laden. Tentunya mereka selama ini tak sedang berhalusinasi, ‘kan?

.

——————————

Daftar Referensi

Wright, Lawrence. The Looming Tower: Al-Qaeda and the Road to 9/11. New York: Vintage Books, 2006.

Gunaratna, Rohan. Inside Al-Qaeda: Global Network of Terror.New York:ColumbiaUniversity Press, 2002.

Greenberg, Karen J. Al-Qaeda Now: Understanding Today’s Terrorists. Cambridge: Cambridge University Press, 2005.

.

Entri ini juga sempat di-kultwit-kan dengan akun @Xaliber
dan diarsipkan dengan format seadanya di tumblr

4 pemikiran pada “Al-Qaeda, Osama bin Laden, dan Riwayat Singkatnya

  1. Hore akhirnya di-post! m/

    BTW, referensi formalnya ndak dicantumkan? IIRC waktu itu di tweet sempat disebut. 😕

  2. Wah, akhirnya jadi posting. Bagus Xal! Emang lucu juga lihat orang2 rame meragukan keberadaan & kematian Osama. Mana ada yang ribut soal prosedur penyerbuannya pula. Mempertanyakan keadaan beliau yang tak bersenjata, tak melawan dsb. Bleh.. 😕

    btw, hubungan antara al Qaeda dan Mullah Omar/Taliban gak disinggung sama sekali Xal? Dari semua yang ngomong mau balas dendam tuk Osama, ternyata Taliban yang bergerak duluan. Sama merepotkannya dengan al Zawahri ini… 😐

    Yah, pokoknya satu sudah mati. Yang lain segera menyusul. 😈

  3. @sora9n:
    Oh iya, soal referensi formal, saya lupa. 😛 Sekarang sudah dipasang. 😀

    @jensen99:

    Emang lucu juga lihat orang2 rame meragukan keberadaan & kematian Osama. Mana ada yang ribut soal prosedur penyerbuannya pula.

    Shift-nya saya lihat kayaknya seperti itu: awalnya bilang “Osama itu rekaan AS”, lalu jadi “Yang mati bukan Osama”. :mrgreen: Dari yang tidak percaya Osama itu ada, eh begitu sekarang muncul beritanya, disebutnya malah ternyata memang ada, tapi belum mati.

    Soal Taliban dan al-Qaeda, hehe, memang belum sampai situ mas jensen 😛 Ini masih semacam pembukaan dulu. Padahal menarik memang kalau melihat relasi antara al-Qaeda dan Taliban yang wilayah operasinya bisa dibilang sama (Pakistan-Afghanistan). 😀

Tidak sepakat? Sila didebat.